Entri Favorit

Sabtu, 09 Juli 2011

Laporan Ketik Praktikum Oceanografi



I.    PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Ilmu kelautan bisa diartikan (didefinisikan) sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu ihwal laut baik dari sisi fisika (physical oceanography), kimia laut (chemical oceanography), maupun biologi laut (biological oceanography). Fenomena arus, gelombang dan pasang surut merupakan bagian dari hidrodinamika laut. Parameter hidrodinamika laut ini merupakan bagian dari keseluruhan komponen oceanography yang saling mengadakan interaksi atau saling mempengaruhi satu sama lain yang cukup kompleks, diantaranya adalah yang menggambarkan sifat lingkungan laut dan berkaitan erat dengan kondisi biologi atau kesuburan perairan yang mencakup sifat fisika kimia air lautnya, seperti suhu, salinitas, densitas, kadar hara, serta kadar kimia lainnya, produktivitas primer atau sekunder dan kecerahan (Wibisono, 2005).
Dewasa ini peralatan telemetri telah banyak digunakan pada berbagai bidang termasuk oseanologi. Sistem pencatat arus, gelombang, suhu dan lain sebagainya telah diterapkan untuk aneka macam keperluan (Ongkosongo dan Suyarso, 1989). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran parameter-parameter tersebut untuk lebih mengetahui tentang seluk beluk laut.

1.2          Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum oceanography ini adalah agar praktikan dapat memahami cara menghitung dan mengukur parameter fisika dan kimia di laut.
Tujuan dari praktikum oceanography ini adalah untuk mengetahui cara pengukuran parameter-parameter fisika dan kimia lautan yaitu kecepatan arus, kecerahan dan sifat optis air, suhu, gelombang, pasang surut, salinitas, pH dan DO di suatu perairan.



1.3          Waktu dan Tempat
Praktikum Lapang Oceanography dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29 April 2010 pukul 10.30 – 16.30 WIB di Pelabuhan Tanjung Tembaga kota Probolinggo.



















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Perairan Laut
Perairan laut adalah wilayah permukaan bumi yang tertutup oleh air asin.Perairan laut dari pantai sampai ke dasar laut.Ilmu yang mempelajari tentang keadaan tersebut atau lautan disebut oseanografi.Luas lautan di bandingkan dengan daratan adalah 7 : 3. Menurut terjadinya laut dibedakan menjadi:
1.    Laut Transgresi
Laut yang meluas,terjadi karena daratan rendah yang tergenang oleh air.Pada perairan Indonesia terdapat dua wilayah yang merupakan termasuk transgresi yaitu Dangkalan sunda dan dangkalan sahul.
2. Laut Ingresi
Laut yang dalam,terjadinya karena dasar mengalami perubahan.Pada perairan Indonesia laut-laut yang mengalami Ingresi adalah laut banda, laut maluku, dan laut sulawesi.

3. Laut Regresi
Hampir semua organisme laut hanya dapat dapat hidup di daerah-daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang sangat kecil. Daerah estuarin adalah suatu daerah dimana kadar salinitasnya berkurang karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari sungai-sungai (Sahala,1985).
Laut sudah memberikan banyak manfaat bagi manusia sejak dahulu. Di dalam laut terkadang potensi sumber daya alam yang sangat melimpah,yang sampai saat ini belum di manfaatkan secara optimal dengan segala potensi yang dimilikinya. Laut adalah dunia masa depan perekonomian secara optimal dengan segala potensi yang dimilikinya. Laut adalah dunia masa depan Negara kepulauan seperti Indonesia. Hanya saja walaupun 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan,penelitian dan minat untuk mengelola sumber daya laut masih tergolong rendah (Kurniawan, 2006).


2.2       Parameter Fisika
2.2.1    Suhu
Suhu di laut adalah salah satu factor yang amat penting bagi kehidupan organisme di laut. Karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembang biakan dari organisme-organisme tersebut sebagai contoh, binatang karang dimana penyebarannya sangat di batasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik (Hutabarat,1985).
Karena air mempunyai daya muat panas yang lebih tinggi dari daratan maka untuk menaikkan satu derajat (10) suhu air memerlukan panas lebih banyak di bandingkan dalam daratan. Jumlah massa yang sama . Dengan kata lain, dengan jumlah pemanasan yang sama daratan akan lebih cepat panas dari pada lautan. Demikian juga sebaliknya,bahwa lautan lebih efektif untuk menyimpan panas yang diterima daripada daratan,sehingga pada waktu tidak ada pemanasan (malam hari) lautan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk menjadi dingin. Sejak sinar matahari kebanyakan diserap oleh lapisan permukaan laut maka lapisan ini cenderung lebih panas daripada lapisan di bawahnya (Kurniawan, 2006).

2.2.2    Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan mengalir suatu massa air ke arah tertentu. Arus ini bisa sehangat 300 C atau sedingin -20 C,tergantung darimana arus tersebut berasal,dan lebar arus bisa lebih dari 60 km.Sebagian besar arus bergerak dengan kecepatan 10 km/hari, meskipun untuk beberapa jenis arus dapat bergerak lebih cepat. Arus terjadi disebabkan oleh tiga hal yaitu tiupan angin, perbedaan densitas air laut dengan arena terjadinya pasang surut (Kurniawan, 2006).
Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut kea rah horizontal dalam skala besar. Walaupun ada unsure vertical, namun alasan ini hanya membahas arus horizontal saja. Tidak seperti pada arus sungai yang searah dengan aliran sungai menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bias di ukur secara sederhana. Arus di laut di pengaruhi oleh banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim. Selain itu juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah. Indonesia misalnya di kenal mempunyai dua musim yakni musim barat dan musim timur dimana siklus perubahan tiap musim di tandai dengan adanya perubahan tekanan udara sehingga menimbulkan arah tiupan angin yang berbeda pula (Wibisono, 2005).

2.2.3.   Kecerahan dan Sifat optis air
-     Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagai cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang di ungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu, kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi di jangkau oleh cahaya (Wordpress, 2010).
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sediment yang di bawa oleh aliran sungai pada laut yang diketahui radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Tumbuhan laut akan kurang  dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter,sedangkan jika keruh hanya mencapai 15-40 meter (Devoav, 1997).
-       Sifat optis air
Suatu fenomena optis adalah segala aktivitas yang dilihat dari hasil interaksi cahaya dan materi. Fatamorgana adalah contoh dari fenomena optis.Fenomena umum optik sering di sebabkan oleh interaksi dari cahaya matahari atau bulan dengan atmosfer, awan, air, atau debu dan material lainnya. Satu contoh umum yaitu pelangi, ketika cahaya matahari di pantulkan dan dibiaskan oleh tetesan-tetesan air. Beberapa seperti sinar hijau, sangat jarang terjadi (Wikipedia, 2010).
Kekeruhan menggambarkan sifat optis air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organic dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, bahan anorganik dan bahan organic seperti plankton dan mikroorganisme lainnya (Wordpress, 2010).

2.2.4 Pasang Surut
Perkataan pasang surut (pasut) pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya paras laut (sea level) secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Pariwono, 1989).
Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gergakan naik turunnya muka laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang surut (Nontji, 1993).
2.2.5 Gelombang
Gelombang merupakan salah satu fenomena laut yang paling nyata bias dilihat dan bias dirasakan. Yang dimaksud dengan gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energy serta waktu (momentum) dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai ragam bentuk materi. Dalam hal ini, berbentuk partikel air laut. Secara teoritis mediumnya sendiri tetap tidak bergerak mengikuti arah energy yang melaluinya. Energy yang dimaksud bias berupa tiupan angin, gerak rotasi bumi atau gerakan lapis sedimen bawah laut, gempa tektonik, dan lain-lain (Wibisono, 2005).
Umumnya gelombang yang kita amati di laut disebabkan oleh hembusan angin. Ada tiga faktor yang mempengaruhi besarnya gelombang yang disebabkan oleh angin yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin (fetch). Setiap gelombang mempunyai tiga unsur yang penting yakni panjang, tinggi, dan periode. Panjang gelombang ialah jarak mendatar antara dua puncak yang berurutan, tinggi gelombang adalah jarak menegak antara puncak dan lembah, sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak yang berurutan untuk melalui suatu titik. Ukuran besar kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang (Nontji, 1993).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH dengan singkatan dari (puissance negative de H), yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hydrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mole per liter) pada suhu tertentu dapat ditulis :
pH = - log [H+]
Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion-ion dan pH < 7, perairan semacam ini bersifat aam. Hal sebaliknya terjadi jika konsentrasi ion OH- yang tinggi dan pH > 7, maka perairan bersifat alkalis (basa). Perairan umum dengan segala aktivitas fotosintesis dan respirasi organisme yang hidup di dalamnya membentuk reaksi berantai karbonat-karbonat sebagai berikut :
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3 → 2H+ + CO32-
Nilai pH pada banyak perairan alami sekitar 4 sampai 9. Walaupun demikian, pada daerah hutan mangrove, pH dapat mencapai nilai yang sangat rendah karena kandungan asam sulfat pada tanah dasar tersebut tinggi. Meskipun air murni memiliki pH netral karena disosiasi molekul air menghasilkan jumlah ion-ion H+ dan OH- yang sama, kehadiran CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium, kalium, dan kalsium dalam air laut cenderung mengubah keadaan ini sehingga air laut sedikit basa, biasanya bervariasi antara 7,5 – 8,4 (Kordi, 2007).
            pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman (atau kebasaan) yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman” disini adalah konsentrasi ion hydrogen (H+) dalam pelarut air. pH mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tumbuhan dan hewan air sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya keadaan lingkungan hidup. pH akan sangat berpengaruh terhadap proses asimilasi dan pernapasan bagi organisme akuatik (Sulistyowati dan Sudarjanti, 2005).

2.3.2 Salinitas
            Salinitas ialah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan ‰ (per mil, gram per liter). Di perairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35‰. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai (Nontji, 1993).
            Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan gr/kg atau per mil (‰). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰-30‰, dan perairan laut 30‰-40‰. Pada perairan hipersaline, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40‰-80‰. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai (Effendi, 2003).
            Keanekaragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keanekaragaman tekanan osmotic. Salinitas menimbulkan tekanan-tekanan osmotic. Pada umumnya kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Kalau sel-sel itu berada di lingkungan dengan salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya (Romimohtarto, 2007).
2.3.3 Dssiolved Oxygen (DO)
            DO/dissolved oxygen/oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam ekosistem perairan. Oksigen terlarut diperlukan oleh hamper semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh (Wordpress, 2010).
            Di laut, oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) berasal dari dua sumber, yakni atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolism) bahan organik sehingga terbentuk energy yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O (Wibisono, 2005). Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran kandungan oksigen terlarut di laut antara lain suhu, salinitas, aktivitas, aktivasi biologi dan arus serta proses pencampuran yang dapat mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologi lewat gerakan massa air dan proses difusi (Rochyatun, 2000).
            Menurut Kordi (2007) konsentrasi oksigen terlarut berubah-ubah dalam siklus harian. Pada waktu fajar, konsentrasi oksigen terlarut rendah dan semakin tinggi pada siang hari yang disebabkan oleh fotosintesis, sampai mencapai titik maksimal lewat tengah hari. Pada malam hari saat tidak terjadi fotosintesis, pernapasan organisme di dalam tambak memerlukan oksigen sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen. Oksigen berbanding terbalik dengan suhu. Artinya bila suhu tinggi maka kelarutan oksigen berkurang. Hubungan suhu dengan kelarutan ditunjukkan oleh tabel berikut :
Suhu (0C)
Oksigen (ppm)
0
14,18
5
12,34
10
10,92
15
9,79
20
8,88
25
8,12
30
7,48
Sumber : Prowse dalam Kordi (1996)










III.METODOLOGI

3.1       Alat dan Fungsi
3.1.1    Parameter Fisika
Adapun alat-alat yang digunakan pada Praktikum Lapang Oceanographie dalam pengukuran parameter fisika, antara lain :
a)   Kecepatan Arus
      -  Tali rafia 5,5 m                   :  Untuk mengikat botol air mineral
      -  2 Botol air mineral 600ml   :  Sebagai pemberat dan sebagai pelampung
      -  Stopwach                           :  Untuk menghitung waktu saat tali rafia meregang
      -  Kompas                              :  Untuk menentukan arah arus
b)   Kecerahan Air dan Sifat Optis Air
      -  Secchi Disc                        :  Untuk mengukur tigkat kecerahan pada air laut
      -  Tongkat Skala                    :  Untuk mengukur panjang tali pada secchi disc
c)   Suhu
      -  Termometer                       :  Untuk mengukur suhu laut
d)   Pasang Surut
      -  Tide staff                            :  Untuk mengukur pasang suhu air laut
e)   Gelombang
      - Tongkat Skala 2m              :  Untuk mengukur tinggi gelombang
      -  Stopwach                           :  Untuk mengukur waktu dalam pengukuran tinggi gelombang
3.1.2    Parameter Kimia
Adapun alat-alat yang digunakan pada Praktikum Lapang Oceanographie dalam pengukuran parameter kimia , antara lain :
a)    pH
-    pH Paper                            :  Untuk menentukan nilai pH
b)    Salinitas
-    Refraktometer                    :  Untuk mengukur salinitas air laut
-    Pipet tetes                           :  Untuk mengambil dan memindahkan cairan dalam jumlah sedikit
-    Washing bottle                    :  Sebagai tempat aquades
-    Botol air mineral 600ml      :  Sebagai tempat sample (air laut)
c)    Dissolved Oxygen (DO)
-    Botol DO                             :  Untuk mengambil sampel dari laut
-    Biuret                                  :  Untuk titrasi sampel / sebagai tempat Na2S2O3
-    Selang kecil                        :  Untuk mengeluarkan cairan di atas endapan dalam botol DO
-    Pipet tetes                           :  Untuk membantu mengambil larutan dalam jumlah sedikit
-    Water sampler                    :  Untuk membanu mengambil sampel dari laut
-    Statif                                   :  Untuk memegangi biuret
-    Corong                                :  Untuk memasukkan larutan Na2S2O3 ke dalam biuret

3.2       Bahan dan Fungsi
3.2.1    Parameter Fisika
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Lapang Oceanographie dalam pengukuran parameter fisika , antara lain :
a)    Kecepatan Arus
-    Air laut                                :  Sebagai sample yang diamati
b)    Kecerahan Air dan Sifat Optis Air
-    Air laut                                :  Sebagai sample yang diamati
-    Karet gelang                       :  Untuk menandai panjang D1 dan D2
c)    Suhu
-    Air laut                                :  Sebagai sample yang diamati
d)    Pasang Surut
-    Air laut                                :  Sebagai sample yang diamati
e)    Gelombang
-    Air laut                                :  Sebagai sample yang diamati

3.2.2    Parameter Kimia
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Lapang Oceanographie dalam pengukuran parameter kimia , antara lain :
a)    pH
-    Air Laut                               :  Sebagai sampel yang diukur nilai pHnya
-    pH paper                             : Untuk mengukur nilai pH
b)    Salinitas
-    Air Laut                               : Sebagai sampel yang diukur salinitasnya
-    Aquades                             : Sebagai pembersih prisma pada refraktometer
-    Tissue                                 : Untuk membersihkan dan mengeringkan alat-alat yang telah digunakan
c)    Dissolved Oxygen (DO)
      -  Larutan MnSO4                  :  Untuk mengikat Oksigen
      -  Larutan NaOH+KI              : Untuk proses pengendapan (berupa endapan coklat)
   -  Larutan H2SO4                  : Untuk indicator suasana asam dan melarutkan endapan
      -  Larutan Amilum                  : Untuk indicator suasana basa
      -  Larutan Na2S2O3              : Sebagai titran / titrasi dan mengikat I2
      -  Air laut                                : Sebagai sample


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1   Data Pengamatan
4.1.1    Kecepatan Arus
Hasil Pengukuran
Panjang tali yang dipakai        : 5 meter
Lama waktu                            : 154 detik
Kecepatan Arus                      : 0,032 m/detik
Arah arus                                : dari udara menuju selatan (menurut mata angin)

4.1.2    Kecerahan
Hasil Pengukuran Kecerahan
I
II
Kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak)
402 cm
160 cm
Kedalaman secchi disk ( mulai tampak)
443 cm
219 cm
Nilai kecerahan Rata-Rata
304,5 cm

4.1.3    Suhu
Hasil pengukuran
Suhu air laut    : 34o Celcius

4.1.4    Salinitas
Nilai Salinitas   : 30 ppt

4.1.5    Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH : 9

4.1.6    Gelombang
     Tinggi Gelombang
Pengukuran Ke-
I
II
III
Puncak
40
51
60
Lembah
30
40
45
Selisih
10
11
15

     Periode Gelombang
Pengukuran Ke-
I
II
III
Rerata
Periode Gelombang
2,9
1,5
1,4
1,93

4.1.7    Pasang Surut
Hasil Pengukuran
Skala awal tide staff               : 140 cm
Skala akhir tide staff               : 100 cm
Selang waktu                          : 6 jam
Kecepatan pasang surut         : 66,7 cm/jam
Tipe pasang surut                   : semi diurnal

4.1.8    Oksigen Terlarut (DO)
Hasil pengukuran :
Nilai kandungan oksigen di perairan 7,72 mg/L

4.2       Analisa Prosedur
4.2.1    Parameter Fisika
a) Suhu
            Dalam pengukuran suhu digunakan thermometer Hg untuk mengukur suhu air lautan. Pengukuran dilakukan dengan cara thermometer dicelupkan kedalam perairan selama      ± 2-3 menit. Usahakan pengukuran dilakukan dengan membelakangi cahaya matahari karena akan mempengaruhi thermometer dan thermometer tidak boleh bersentuhan dengan tangan pengukur karena akan mempengaruhi pengukuran dari thermometer yang dikarenakan pengaruh dari panas tubuh. Lalu angkatlah termometernya dan baca nilai suhu pada skala dengan cepat.
b) Kecepatan Arus
            Pertama-tama disiapkan alat yaitu satu botol bekas air mineral air mineral diisi dengan air local dan dihubungkan dengan botol bekas air mineral yang kosong menggunakan tali rafia sepanjang 40 cm dan diikatkan lagi pada tali rafia sepanjang 10 cm. Botol bekas diisi air bertujuan untukpemberat, sedangkan yang kosong sebagai pelampung. Selanjutnya botol tersebut dihanyutkan botol tersebut dihanyutkan mengikuti arus. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 5 meter, dicatat dan diukur menggunakan stopwatch dan dihitung dengan rumus v = .
c) Kecerahan dan Sifat Optis Air
            Dalam pengukuran kecerahan digunakan secchi disk untuk mengukur kecerahan. Secchi disk diturunkan kedalam perairan perlahan-lahan sampai batas tampak dan tidak tampak(sesaat sebelum tidak tampak) dihitung sebagai D1 dan dicatat kedalamannya secchi disk diturunkan lagi hingga tidak tampak, kemudian ditarik perlahan hingga pertama kali terlihat, dihitung sebagai D2 dan dicatat kedalamannya, kemudian dihitung dengan rumus D = .


d)  Pasang Surut
            Pertama-tama hal yang dilakukan adalah menyiapkan alat yaitu tide staff, pertama tide staff dipasang pada tiang di daerah pasang surut terendah. Kemudian dicatat ketinggian pada skala tide staff. Setelah selang waktu kira-kira 5 jam dilihat kembali yang terdapat pada tide staff  dan kemudiandicatat hasilnya. Setelah diketahui nilai skala awal dan akhir maka dihitung kecepatan pasang surut dengan menggunakan rumus = .
e)    Gelombang
            Hal yang harus dilakukan pertama kali yaitu menyiapkan alat yaitu tongkat skala. Pertama kali yang diukur ialah tinggi gelombang. Kemudian tongkat berskala ditancapkan/ditegakkan oleh praktikan dalam air. Dan tinggi gelombang diukur atau dilihat secara langsung atau visual oleh praktikan lainnya, selanjutnya pengukuran diulang sebanyak 3 kali, yang kedua kalinya yang diukur ialah periode gelombang. Kemudian tongkat berskala ditancapkan / ditegakkan oleh praktikan dalam air. Praktikan lainnya memegang stopwatch dan mengukur lamanya waktu yang diperlukan antara puncak gelombang I dengan puncak gelombang II untuk melewati tongkat skala tersebut. Dan pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali berulang.

4.2.2 Parameter Kimia
a) pH
            Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum yaitu, alatnya adalah kotak standart dan ph meter. sedangkan bahannya adalah ph peper dan air laut. Di ambil air sample berupa air laut. Setelah itu ph meter di masukkan ke dalam semple air laut selama kurang lebih 2-3 menit. Lalu di angkat dan di kubasikan hinggah setengah kering, kemudian di cocokkan perubahan warnanya dengan kotak standart, setelah cocok lalu di catat hasilnya.
b) Salinitas
            Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, alatnya adalah  refraktometer, pipet tetes, dan wassing botle. Sedangkan bahannya adalah air laut, aquades, dan tissue. Selanjutnya yang harus di lakukan adalah water sample di ambil dari perairan. Setelah itu bersihkan lensa pada refraktometer dengan menggunakan aquades dan sesudahnya si keringkan dengan tissue. Setelah bersih, ambil water sample dengan pipet tetes dan teteskan water sample di atas lensa pada refraktometer. Kemudian tutup lensanya dan diamati di tempat yang terdapat cahaya. Lalu dicatat hasil dari pengamatan.
            c) DO
            Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu alatnya adalah botol DO, water sample, buret, statif, pipet tetes, dan corong. Dan bahannya adalah air laut, 2ml larutan mnso4, 2 ml larutan NaoH  + Kl, 3-4 tetes larutan amylum, Na2SO3 0,025N, dan larutan H2SO4.  Setelah itu digunakan pengukur botle DO dan dicatat volume yang akan di gunakan. Masukkan tabung DO ke dalam air yang akan di ukur oksigenya dengan menggunakan water sample. Setelah itu di masukkan ke dalam perairan tunggu dan dengar secara seksama pada tabung DO. Jika sudah ada bunyi “blep” yang di timbulkan oleh tekanan antara udara yang ada di dalam botol DO dengan air laut, berarti botol Do sudah penuh dan tanpa gelombang. Selanjutnya angkat tabung DO dan buka tutupnya , angkat botol do seketika itu juga dan tutup saat masi berada di dalam tabung DO. Kemudian tambahkan masing-masing 2ml larutan Mnso4 untuk mengikat oksigen dan 2ml Naoh + Kl untuk membuat endapanwarna coklat. Setelah itu homogenkan sampai terjadi endapan, kemudia buang cairan bening yang ada di atas endapan yang bertujuan untuk pengkondisian suasana asam. Kemudian diteteskan 3-4 tetes larutan amylumdengan tujuan indikator warna unggu. Setelah itu. Endapan tersebut ditetesi dengan larutan H2SO4   yang berfungsi mengikat oksigen dan tetrasi. Selama tetrasi botol DO di goyang goyangkan agar larutan homogen. Ini dilakukan untuk tujuan agar larutan bening untuk pertama kali. Setelah bening didapat hasil tetrasi dan dicatat berapa Na2SO3 yang digunakan untuk titrasi. Kemudia di hitung dengan menggunakan rumus DO
DO =   kemudian dicatat hasilnya.




4.3       Analisa hasil
4.3.1    Parameter Fisika
            a. Suhu
            Pada praktikum lapang oceanograpi mengenai suhu, didapatkan data, bahwa suhu diperairan laut Probolinggo senilai 34oC. Ini berarti, suhu perairan laut di Probolinggo dapat dikatakan normal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (1993) bahwa suhu air permukaaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar antara 28o – 31oC. Disekitar lokasi dimana penaikan air terjadi, misalnya di laut banda, suhu air permukaan bisa turun sampai sekitar 25oC. Ini disebakan karena air yang dingin dari lapisan bawah terangkat ke atas. Suhu air didekat pantai sedikit llebih tinggi dari pada yang dilepas pantai.     
b. Kecepatan Arus
            Dari praktikum lapang Oceanography, didapatkan data bahwa kecepatan arus di perairan laut probolinggo adalah 0,036 m/detik dengan arah dari barat daya menuju timur laut. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Wibisono (2005), bahwa kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: kecepatan angin, bentuk permukaan dasar laut, gaya corolis, dan perbedaan densitas.
            c. Kecerahan dan sifat optis air
            Dari praktikum lapang Oceanography didapatkan data untuk kecerahan dan sifat optis air adalah 304,5 cm. Menurut Effendi (2003) nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Berdasarkan hal tersebut, hasil pengukuran kecerahan pada praktikum oseanografi ini sangat dipengaruhi oleh waktu pengukuran, yaitu dilakukan pada pukul 11.40 WIB, kekeruhan yang disebabkan oleh tercemarnya perairan laut oleh sampah dan juga tumpahan bahan bakar kapal. Selain itu, hasil juga sangat dipengaruhi oleh ketelitian penglihatan yang melakukan pengukuran kecerahan.
e. Pasang surut
            Dari praktikum lapang Oceanogrphy pada pengukuran pasang surut didapatkan hasil yaitu skala awal pada tide staff (t0) 40 cm, skala akhir pada tide staff (t1) 100 cm, dengan selang waktu pengukuran selama 6 jam. Jadi, kecepatan pasang surut sebesar 6,67 cm/jam dan lebar pasang surut maksimal yaitu 0,4 m. Dari hasil tersebut disimpulkan jenis pasang surutnya adalah pasang surut semi diurnatide (tengah harian), karena terjadi dua kali dua kali pasang dan dua kali surut didalam waktu  24 jam.
            Pasang surut ini terjadi karena interaksi gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal. Pada bagian bumi yang menghadap bulan, gaya gravitasi lebih kuat daripada gaya sentrifugal yang mengakibatkan air pada sebagian bumi yang menghadap bulan tertarik ke atas (pasang) dan sebaliknya (Nybakken, 1988). Menurut Surbakti (2007) faktor non astronomi yang mempengaruhi pasang surut adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.
            d. Gelombang
            Dari praktikum lapang Oceanography didapatkan tinggi gelombang rata-rata sebesar 13,33 cm dan rata-rata periode gelombang 1,93 detik. Ukuran besar kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Tinggi gelombang ini bias hanya beberapa millimeter saja tetapi juga bias sampai puluhan meter ( Nontji, 1993). Berarti gelombang di perairan Probolinggo berada pada kisaran gelombang yang sedang.
            Beberapa parameter yang biasa digunakan dalam membahas gelombang adalah tinggi gelombang, panjang gelombang, dan periode gelombang. Tinggi gelombang adalah jarak vertical dari puncak ke lembah gelombang, panjang gelombang adalah jarak horizontal antara dua puncak gelombang, sedangkan periode gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang saling berurutan dalam melampaui sebuah titik tetap (Nontji, 1993).

4.3.2    Parameter Kimia
            a. PH
            Dari praktikum lapang oceanographie tentang PH, didapatkan hasil pengukuran nilai PH sebesar 9 (bersifat basa). Hal ini menunjukkan bahwa perairan Probolinggo termasuk dalam kondisi ideal.
            Hal di atas sesuai dengan pendapat Barus (2002) bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 – 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
            b. Salinitas
            Dari praktikum lapang oceanographie tentang salinitas, didapatkan hasil pengukuran nilai salinitas sebesar 30 ppt. Salinitas di perairan laut Probolinggo termasuk normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2003) bahwa nilai salinitas perairan laut adalah 30 ‰ – 40 ‰. Menurut Nontji (1992) di perairan pantai karena terjadi pengenceran misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bias turun rendah. Di perairan samudra berkisar antara 34 – 35 ‰. Sedangkan menurut Kordi (2007) dari sumber Beveridge et al (1985) pada salinitas 30 ppt, suhu 300C, maka oksigen terlarut sebesar 6,4 mg/liter.
            c. DO
            Dari praktikum lapang oceanographie tentang DO, didapatkan nilai DO sebesar 7,72mg/liter. Kadar oksigen terlarut di perairan Indonesia berkisar antara 4,5 dan 7,0 ppm. Atau kadar oksigen yang baik di laut adalah 6,5 – 8 mg/liter. Sementara hasil praktikum didapat DO sebesar 7,72 mg/liter. Hal ini menunjukkan bahwa perairan di Probolinggo termasuk dalam keadaan baik (Wordpress, 2010).       Hasil pengukuran tersebut sesuai karena menurut Effendi (2003), di perairan laut kadar oksigen terlarut berkisar antara 11 mg/liter pada suhu 00C dan pada suhu 250C sebesar 7 mg/liter. Kandungan oksigen dalam air yang ideal adalah antara 3 – 7 ppm. Jika kandungan oksigen kurang dari 3 ppm, maka ikan maupun udang akan berada di permukaan air, demikian pula jika oksigen terlalu tinggi, ikan maupun udang bias mati karena terjadi emboli dalam darah (Subarijanti, 2005).

4.4       Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1    Parameter Fisika
a) Suhu
Suhu mempengaruhi ikan dalam proses metabolisme dan reaksi-reaksi yang terjadi di perairan. Dengan demikian diduga suhu pun dapat mempengaruhi produk termasuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan harian. Contoh pada ikan yaitu suhu dapat mempengaruhi kelangsungan hidup benih nila merah yang dipelihara dengan kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada suhu 320 C yaitu 96,26 %. Seperti halnya kelangsungan hidup, pertumbuhan harian menunjukkan bahwa hanya suhu yang berpengaruh secara nyata (pH < 0,05). Rata-rata pertumbuhan harian tertinggi mencapai pada suhu 280 C (Hasan, 2010).
Pada pemeliharan udang, suhu sangat berperan dalam keterkaitan dengan nafsu makan dan proses metabolisme udang. Apabila suatu lokasi tambak mikroklimatnya berfluktuatif, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap air media pemeliharaan. Suhu < 260 C bagi udang windu akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Sedangkan bagi jenis udang putih pada umumnya nafsu makan masih normal pada suhu air antara 240 C – 310 C (KKP, 2010).
b) Kecepatan Arus
Ikan secara alamiah memang memiliki naluri menyukai arus air, kondisi dinamis pada air mengalir akan memberikan rangsangan bagi ikan untuk bergerak. Aktivitas berenang sangat berkorelasi dengan kebutuhan oksigen yang banyak, namun tak ada implikasi bahwa kebutuhan oksigen, karena ikan memerlukan sumber energi yang tinggi saat berenang dapat terpenuhi. Ikan memiliki aktivitas gerak lebih banyak akan memiliki kondisi kekompakan daging lebih baik dengan ikan yang statis dan lebih banyak diam. Karena otot yang lebih banyak dilatih akan mempunyai performa otot yang berbeda dibanding yang tidak dilatih (Nana, 2010).
c)    Kecerahan Dan Sifat Optis Air
Tingkat kecerahan air, baik air sumber maupun air media pemeliharaan mempunyai dampak yang positif dan negatif terhadap organisme yang dibudidayakan, dan setiap organisme mempunyai tingkat kekeruhan yang berbeda pula. Sebagai contoh bagi jenis karang hijau masih dapat hidup normal dan tumbuh baik pada tingkat kekeruhan yang tinggi, semntara rumput laut pada umumnya memerlukan tingkat kekeruhan yang rendah. Bahan organik yang menumpuk dalam jumlah yang banyak (tebal) termasuk tempat bakteri dan vibria yang merugikan udang. Bila air sungai yang digunakan untuk kegiatan budidaya banyak membawa material organik akibat limbah kiriman dari darat, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap biota air yang dipelihara di tambak (KKP, 2010).
d)    Gelombang
Gelombang - gelombang di lautan hanya terbatas pada bagian lapisan permukaan air yang letaknya paling atas. Di dalam satu gelombang gerakan partikel akan berkurang makin lama makin lambat. Sebagai contoh, gelombang di lapisan permukaan yang mempunyai kedalaman lebih dari 100 meter. Peristiwa ini kemudian dimanfaatkan oleh para navigator kapal selam dimana mereka mengukur dan menurunkan kapal – kapal ini dari permukaan laut sampai pada kedalaman dimana tidak ada pengaruh gelombang (Hutabarat, 1985).
e)    Pasang Surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan,pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain. Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Pasang surut mempengaruhi adanya kehidupan organisme laut terutama pada intertidal dan daerah litoral. Dengan adanya pasang surut, organisme-organisme memiliki stategi ekologi sendiri-sendiri untuk bisa bertahan hidup. Di samping itu,pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove. Yang memuaskan pilar pertahanan alam utama pada pesisir dari ancaman badai, erosi dan lain-lain (Ilmu kelautan, 2010).
4.4.2    Parameter Kimia
a) pH
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju reaksi beberapa bahan didalam air, selain itu ikan dan makhluk lain. Makhluk aquatis lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka (o-fish, 2010).
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu, pH yang sangat rendah yang akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat terutama ion alumunium yang bersifat toksik (Mspuh, 2010).
b) Salinitas
Untuk tumbuh dan berkembang, organisme yang dibudidayakan mempunyai toleransi optim kandungan salinitas air terdiri dari garam-garam mineral yang banyak manfaatnya untuk kehidupan organisme air laut atau payau. Sebagai contoh kandungan kalsium yang ada berfungsi membantu proses mempercepat pengerasan kulit udang setelah molting. Salinitas air media pemeliharaan yang tinggi (> 30 ppt) kurang begitu menguntungkan untuk kegiatan budidaya windu. Karena jenis udang windu akan lebih cocok untuk pertumbuhan optimal berkisar 15 ppt (Wibisono, 2005).
c)    Dissolved Oxygen (DO)
O2 merupakan terpenting dalam kehidupan organisme dalam bernafas, organisme memasukkan O2 dan mengeluarkan asam arang atau CO2. Keberadaan O2 ada di udara maupun terlarut dalam air. Didalam air, oksigen bersumber dari tanaman berwarna hijau seperti lumut dan ganggang. Dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Tanaman memproduksi oksigen. Untuk itulah pada kolam yang banyak mengandung ganggang atau alga atau lumut berwarna hijau mengandung oksigen terlarut cukup tinggi di siang hari (Budidaya ikan, 2010).
Pengambilan oksigen tergantung intensitas metabolisme, yang dipengaruhi oleh besar tubuh ikan dan karakteristik air lautan (temperatur dan kandungan O2). Bila kandungan O2 air laut rendah, maka laju metabolisme juga rendah, dan aktivitas hidup terbatas (Brotowidjoyo et al, 1999).
V. PENUTUP

5.1       Kesimpulan
Dari praktikum lapang Oceanographie di perairan laut Probolinggo dapat ditarik kesimpulan antara lain :
Ø  Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth science yang mempelajari laut , samudera beserta isi dan apa yang berada di dalamnya .
Ø  Terdapat dua pengukuran parameter  yakni parameter  fisika dan parameter kimia .
Ø  Parameter Fisika meliputi :
a)    Suhu,yang merupakan faktor amat penting bagi kehidupan organisme di lautan .
b)    Kecepatan arus. Arus adalah gerakan massa air laut kea rah horizontal dalam skala besar.
c)    Kecerahan dan sifat optis air. Kecerahan adalah ukuran transparan perairan atau sebagian cahaya yang akan diteruskan.
d)    Pasang surut, merupakan gejala atau yang tampak nyata di laut. Yakni suatu gerakan “vertical” dari seluruh massa air.
e)    Gelombang, merupakan gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersama.
Ø  Parameter Kimia meliputi :
a)    PH, merupakan nilai eksponen (H ) dikali dengan nilai –log
b)    Salinitas, merupakan jumlah total (gr) dari material padat termasuk NaClyang terkandung dalam air laut sebanyak 1 (kg)
c)    DO (Dissolved Oxygen), berasal dari dua sumber yakni atmosfer dan hasil proses fotosintesis fitoplankton dan tanaman laut.





Ø  Didapat data hasil sebagai berikut :
No
Jenis Parameter
Nilai
1
Parameter Fisika
a)    Suhu
b)    Kecepatan Arus
c)    Kecerahan dan Sifat Optik Air
d)    Pasang Surut
e)    Tinggi Gelombang
f)     Periode gelombang


34 C
0,036 m/s
186,5 cm
8 cm/jam
6,67 cm/jam
13,33 cm
1,9 s
2
Parameter Kimia
a)    PH
b)    Salinitas
c)    DO

9
30 ppt
7,72 mg/lt

5.2       Saran
            Diharapkan kepada para asisten praktikum serta praktikan dapat lebih komunikatif mulai dari awal proses praktikum sampai akhir UAP. Dengan tujuan agar lebih terjalin keakraban dan praktikum dapat berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, et al. 1999. Pengatur Lingkungan Perairan dan Budidaya Air . Liberty. Yogyakarta.
Devoav. 1997.http : //webzone.com/news/mengetahui kualitas air laut. Diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pada pukul 17.30 WIB.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Gebelein. 1997. Chemistry and Our World. UHID . Brown Publisher.
Hutabarat. 1985. Pengantar Oceanography. UI Press. Jakarta.
Maspuh. 2009. http : //Maspuh.wordpress.com//. Diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pada pukul 19.25 WIB.
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J.W. 1982. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia : Jakarta.
Pariwono. 1989. Pasang Surut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat (LIPI). Jakarta.
Subarijanti, H. U. 2005. Pemupukan dan Kesuburan Perairan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya : Malang.
Surbakti, H. 2007. Pasang surut. http://klikharry.wordpress.com. Diakses tanggal 10 Mei 2010.
Tillery Bill. 2002. Physical Science. Arizona State University. Mc Grow Hill.
Wibisono. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT.Gramedia Widia. Jakarta.
Wikipedia. 2010. http : //Wikipedia . com/ Oseanografi. Diakses pada tanggal 5 Mei 2010 pada pukul 18.30 WIB.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar